Minggu, 16 September 2007

aRtiKeL tReN SI [10]

1.)
:: Sistem Informasi Administrasi Kependudukan
Landasan Utama :Landasan utama atas pembangunan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan adalah adanya Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VI/MPR/2002, yang antara lain menugaskan kepada Pemerintah untuk memperbaiki sistem administrasi kependudukan dengan mengembangkan dengan mengembangkan sistem pengenal tunggal dan terpadu (NIK).
Berdasarkan Tap MPR ini, dan juga sebagai implementasi atas Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Pemerintah Propinsi sebagai Daerah Otonomi, khususnya yang berkaitan dengan Pasal 2 ayat (3) butir 19 huruf s, Departemen Dalam Negeri telah menyusun Sistem Administrasi Kependudukan (SAK) sebagai bagian dari Sistem Administrasi Pemerintahan. SAK pada hakikatnya merupakan standar nasional di bidang administrasi kependudukan yang mengatur persyaratan, prosedur dan mekanisme di bidang pendaftaran penduduk, pencatatan sipil dan pengelolaan sistem informasi administrasi kependudukan.
Spesifikasi Program
1. Kartu Keluarga
2. Kartu Tanda Penduduk
3. Mutasi Penduduk :
Kelahiran Kematian Lahir mati Pindah Datang 4. Surat Keterangan :
a. Keterangan Kelahiran
b. Keterangan Kematian c. Keterangan Lahir Mati
d. Keterangan Pindah
5. Kewarganegaraan
6. Biodata
7. Laporan Kependudukan
8. Laporan KTP Habis Masa Berlaku
9. Laporan-laporan pendukung
Fitur-fitur
1. Terintegrasi dengan Sistem Catatan Sipil
2. Online antara kecamatan ke Kantor Kependudukan. Jaringan data yang akan dipergunakan disesuaikan dengan infrastruktur yang sudah ada dan juga kondisi geografis daerah yang bersangkutan
3. Konfersi data awal dengan data yang sudah ada seperti data hasil sensus yang dilakukan KPU bekerjasama dengan BPS, yakni data P4B (hasil pendataan pemilu) sudah diserahkan
4. Pembangunan sistem di beberapa instansi terkait yang memerlukan database kependudukan dan monografi seperti:
BKKBN Tenaga kerja Pajak Pertanian Kepolisian Pendidikan Pembinaan Remaja
5. Pembuatan Sistem Kontrolling di meja Bupati dan pejabat lain yang memerlukan. Dengan adanya fasilitas ini maka secara on line real time Bupati atau pejabat lain yang memerlukan, bisa mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan database dari sistem yang sudah dibangun oleh instansi-instansi yang ada.

2.)
Kondisi Pengamanan Sistem Informasi 56 Perusahaan Indonesia Serangan worm Blast, Nachi, dan Sobig baru-baru ini menyebabkan salah satu perusahaan BUMN mengalami ganguan jaringan selama dua minggu.

Hal itu kemudian “memaksa” perusahaan membentuk tim khusus untuk mengecek perangkat lunak anti virus yang terpasang pada setiap PC maupun server-nya. Serangan yang sama juga telah “menyadarkan” suatu perusahaan telekomunikasi untuk menggiatkan kembali kegiatan pemeriksaan log dari sistem deteksi intrusinya.
Kalau dilihat dari sejarahnya, kasus ini tidak berbeda dengan kasus virus “I Love You” ataupun Code Red dan Nimda yang membuat beberapa karyawan harus “ngangur” beberapa saat karena jaringannya tidak dapat dipakai. Waktu dua minggu kalau dikonversikan ke dalam rupiah yang hilang karena karyawan tidak dapat bekerja tentu jumlahnya akan sangat signifikan.
Apakah ini indikasi bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia tidak melihat pentingnya aspek keamanan sistem informasinya? Jawaban dari pelaksana sistem informasi di perusahaan-perusahaan ini justru sebaliknya. 100% dari mereka menjawab dengan yakin bahwa pengamanan sistem informasi adalah hal yang penting. Tetapi, kenyataan sebenarnya mengatakan adanya ketidaksesuaian antara apa yang mereka sadari dan inginkan dengan pelaksanaannya.
Sayangnya, untuk melihat seberapa jauh pelaksanaan pengamanan sistem informasi semacam ini di Indonesia, sampai saat ini, menurut sepengetahuan penulis belum ada survey yang dilakukan.
Dalam tulisan ini, angka yang disajikan hanya semata-mata berdasarkan pengamatan penulis pada 56 perusahaan di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kurun waktu 2002-2003. Hampir semua perusahaan yang diamati ini adalah perusahaan menengah keatas dari sisi jumlah karyawan (di atas 500 orang) dan mempunyai koneksi ke Internet.
Selain itu, pengamatan yang dilakukan hanya pada logical security saja, tidak pada physical security. Angka yang disajikan dalam tulisan ini tidak mencerminkan dan tidak ditujukan untuk menggambarkan keadaan sistem pengamanan pada perusahaan-perusahaan di Indonesia secara keseluruhan. Tetapi, sekurang-kurangnya sajian ini dapat memberikan sedikit gambaran tentang tudingan lemahnya pengamanan sistem informasi di Indonesia.
Pengukuran pengamanan sistem informasi pada tulisan ini didasarkan pada tiga aspek, pertama, aspek yang berhubungan dengan information security governance, seperti ada tidaknya kebijakan, prosedur, dan standar pengamanan, ada tidaknya staf yang melakukan tugas rutin pengamanan, kontrol terhadap pelaksanaan pengamanan sistem informasi dalam bentuk audit.
Aspek kedua, yang dilihat adalah penggunaan teknologi pengamanan sistem informasi seperti kontrol akses, firewall, anti virus, sistem deteksi intrusi. Sedangkan aspek ketiga berhubungan dengan prosedur penanganan insiden keamanan. Pembatasan cakupan pada tulisan ini semata-mata dikarenakan keterbatasan informasi.
Information Security GovernanceDari 56 perusahaan yang diamati, hanya 4 perusahaan atau 7% saja (semuanya berasal dari industri keuangan dan telekomunikasi) yang mempunyai kebijakan dan prosedur keamanan secara tertulis, sedangkan sebagian besar tidak punya ataupun jika punya tidak lengkap dan tidak disertai prosedur yang mendukung. Hanya sekitar 11 % perusahaan yang mempunyai Chief of Security Officer (CSO) dan staf khusus bidang pengamanan. Sedang pada perusahaan lain tugas pengamanan umumnya dirangkap oleh staf yang mengurus jaringan.
Dalam program sosialisasi dan penyadaran (awareness) pengamanan sistem informasi, lebih dari 80% perusahaan tidak melakukannya. Beberapa perusahaan mengatakan telah menjalankan program sosialisasi dengan cara menyebarkan informasi pengamanan melalui e-mail, tetapi tanpa diuji apakah karyawan mengerti atau tidak. Penulis tidak memandang hal ini sebagai program sosialisasi dan penyadaran.
Kegiatan lainnya, seperti audit, masih jarang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan, dan hanya sekitar 12% saja yang pernah melakukan audit sekuriti, dan semuanya berasal dari sektor keuangan dan telekomunikasi."Dari 56 perusahaan yang diamati, hanya 4 perusahaan atau 7% saja (semuanya berasal dari industri keuangan dan telekomunikasi) yang mempunyai kebijakan dan prosedur keamanan secara tertulis."
Penggunaan Teknologi Pengamanan Sistem InformasiProduk teknologi pengamanan sistem informasi yang umumnya dipergunakan adalah firewall dan anti virus (di atas 90%). Sedang persentase teknologi sistem deteksi intrusi hanya sekitar 17%. Teknologi pengamanan lainnya, seperti token masih belum banyak digunakan dan diperkirakan di bawah 5%.
Dalam pemeliharaan teknologi pengamanan sistem informasi dalam bentuk product subscription atau annual technical support lebih dari 60% perusahaan tidak menganggarkannya. Kebanyakan dari mereka melakukan pembelian annual product/technical support hanya untuk tahun pertama saja, yang biasanya memang sudah termasuk pada saat pembelian produk. Hal ini menyebabkan banyak dari mereka yang tidak dapat melakukan upgrade sistem pengamanan pada tahun kedua dan tahun berikutnya karena tidak adanya dana yang dianggarkan untuk itu. Rata-rata total pengeluaran untuk pengadaan teknologi pengamanan sistem informasi pada pengamatan ini diperkirakan kurang dari 4% dari keseluruhan anggaran teknologi sistem informasi.
Prosedur Penanganan Insiden keamanan Sistem Informasi.Prosedur penanganan insiden termasuk dalam kegiatan dengan prioritas rendah dalam pengamanan sistem informasi. Lebih dari 80% perusahaan tidak memiliki prosedur ini secara tertulis. Sehingga tidak heran untuk kasus virus yang dikemukakan di atas, waktu penanganan yang dibutuhkan sangat lama.Rendahnya persentase perusahaan yang memiliki prosedur penanganan insiden keamanan diperkirakan karena masih banyak perusahaan yang mempunyai paradigma bahwa pengamanan semata-mata hanya pada kegiatan preventif.
Kesimpulan PengamatanEfektivitas pelaksanaan pengamanan sistem informasi pada perusahaan-perusahaan yang diamati masih sangat rendah. Strategi (kalau boleh dikatakan strategi) pengamanan sistem informasi masih mengandalkan semata-mata pada teknologi dan khususnya pada tindakan preventif. Tidak adanya information security governance yang baik menjadi faktor dominan yang menyebabkan lemahnya pengamanan sistem informasi.
Selain itu, tidak adanya information security governance menyebabkan penggunaan teknologi tidak efektif dan menyebabkan peralatan pengamanan hanya menjadi pajangan. Begitu juga, tidak adanya information security governance juga menyebabkan pengelolaan pengamanan lebih bersifat “Ad Hoc” dan reaktif ; baru bertindak jika ada masalah.
Perlu juga disadari bahwa rendahnya tingkat pengamanan pada perusahaan di Indonesia tidak hanya berdampak pada perusahaan yang bersangkutan saja, melainkan dapat meluas menjadi persoalan negara. Sebagai contoh, beberapa bulan yang lalu Visa dan Mastercard memasukkan Indonesia sebagai negara nomor 2 dalam daftar negara asal kejahatan kartu kredit. Akibatnya, tidak hanya banyak kartu kredit dari Indonesia ditolak dalam bertransaksi, tetapi juga beberapa alamat IP (internet protocol) dari Indonesia diblok oleh ISP di luar negri.
Peran PemerintahMenurut Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) dalam buku panduannya yang berjudul “Implementation Plan for the OECD Guidelines For The Security of Information Systems And Networks: Towards A Culture of Security”, pemerintah mempunyai peran yang penting dalam menanamkan kultur pengamanan sistem informasi yang komrehensif. Yakni, dengan mengambil inisiatif seperti membuat perundangan-undangan, penggunaan teknologi sistem informasi dan undang-undang tindak kejahatan teknologi informasi.
Insiatif lain yang dapat dilakukan adalah dengan membuat unit khusus berskala nasional dalam memerangi tindak kejahatan teknologi informasi dan mendirikan lembaga untuk penanganan insiden keamanan nasional, seperti Computer Emergency Response Team (CERT ).
Di Indonesia, insiatif-inisiatif tersebut sebenarnya sudah dilaksanakan oleh pemerintah maupun lembaga lainnya. Untuk undang-undang di bidang komunikasi dan teknologi informasi Universitas Indonesia telah menyusun RUU Pemanfaatan Teknologi Informasi. Sedang RUU Tindak Pidana di Bidang Teknologi Informasi juga telah disusun oleh tim dari Universitas Pajajaran Bandung. Untuk unit khusus penanganan tidak pidana teknologi informasi, pihak POLRI juga telah membuat unit Pidana Teknologi Informasi. Begitu pula untuk CERT, di Indonesia pun telah ada ID-CERT yang dicetuskan oleh Dr. Budi Rahardjo dari ITB. "Tidak adanya information security governance yang baik menjadi faktor dominan yang menyebabkan lemahnya pengamanan sistem informasi."
Tetapi, kendala dana dan sumber daya manusia menjadikan realisasi dan kinerja ketiga hal ini menjadi terhambat. Sebagaimana diungkapkan oleh AKBP Drs. Brata Mandala (Kasubdit Pidana Teknologi Informasi Mabes POLRI) bahwa kemampuan para penyidik yang dimiliki Polri belumlah optimal, khususnya dalam ilmu Computing Forensic Examination. Begitu pula laboratorium forensic computing yang dimiliki Polri tidak memadai.
Tiga serangkai ini, khususnya peraturan/UU dipercaya akan lebih mendorong perusahaan-perusahaan untuk mengadopsi strategi pengamanan sistem informasi yang lebih komprehensif. Pengamat dari Giga Information Group bahkan mengatakan bahwa tren pengamanan sistem informasi tahun 2003 di Amerika Serikat dititikberatkan pada upaya-upaya untuk memenuhi standar pengamanan yang telah ditetapkan oleh industri, seperti GLBA (The Gramm-Leach-Bliley Act) untuk industri keuangan, HIPAA (Health Insurance Portability and Accountability Act) untuk bidang kesehatan dan FSMA (Financial Services and Markets Act) untuk lembaga pemerintah.
Kondisi di Negara Lain Jika dibandingkan hasil pengamatan penulis dengan kondisi pengamanan sistem informasi di Malaysia berdasarkan survey yang dilakukan National ICT Security Emergency Response Centre (NISER) tahun 2000, pengelolaan pengamanan sistem informasi di Malaysia mempunyai pola yang kurang lebih sama dengan perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Umumnya, sebagaimana diungkapkan oleh R. Azrina R. Othman, salah seorang tim NISER, perusahaan-perusahaan di Malaysia masih memrioritaskan penggunaan teknologi ketimbang pelaksanaan information security governance yang baik, seperti pengembangan sumber daya manusia, pembuatan kebijaksanaan pengamanan, dukungan manajemen, dan pengawasan pelaksanaan pengamanan sistem informasi dalam bentuk audit.
Walaupun begitu, dari angka statistik diperkirakan kondisi pengamanan sistem informasi di Malaysia masih lebih baik ketimbang di Indonesia (angka statistik dari hasil pengamatan penulis masih lebih kecil dibanding angka statistik survey di Malaysia).
Selain itu dari segi hukum, Malaysia masih satu langkah didepan Indonesia, karena sudah ada dan sudah diberlakukannya undang-undang yang mengatur pengunaan teknologi informasi dan tindak kejahatan teknologi informasi.•

3.)
Pengembangan Sistem Database Mahasiswa AkuntansiGuna Memberikan Informasi Strategis PimpinanDalam Pengambilan Keputusan.

Keyword : Sistem Database,Informasi Strategis Pimpinan, Pengambilan Keputusan.
Subjek : Pengembangan Sistem Database

Institusi pendidikan sebagai bagian dari sebuah organisasi juga tak bisa dilepaskan eksistensinya dengan teknologi informasi. Berbagai informasi strategis, taktis, dan operasional harus didasarkan pada informasi yang relevan dan andal atas sumber-sumber daya yang dimilikinya. Sumber informasi yang andal, kualitas informasi yang baik, dan pengolahan informasi dengan teknologi informasi akan menghasilkan informasi yang andal dan tepat bagi pimpinan dalam pengambilan keputusan. Sumber data yang salah dan proses pengolahan data yang salah akan menghasilkan informasi yang bias, sehingga akan berdampak salah terhadap kebijakan yang diambil pimpinan. Tanpa sistem informasi, sebuah organisasi bagaikan kapal tanpa navigasi. Jurusan akuntansi sejak tahun 1990 mengalami kemajuan yang cukup pesat. Setiap tahun tak kurang dari 400 orang setiap tahun masuk sebagai mahasiswa baru. Dengan waktu kuliah rata-rata 4,5 tahun, berarti 1200 mahasiswa aktif kuliah setiap tahun.. Hal ini merupakan sumber daya potensial yang harus dikelola dan dikembangkan. Pengelolaan ini membutuhkan data yang reliable, terukur, andal, dan relevan. Sistem informasi merupakan teknologi yang sangat diperlukan bagi pembuatan database yang mendukung informasi strategis pimpinan. Sistem informasi ini berbasis pada program microsoft acces dengan teknik query dan macro dengan input data dokumentasi historis (historical dokumenter) baik data dasar maupun data utama. Sistem informasi ini menggunakan Data permanen (permanent data) dan data berjalan (current data). Data permanen diolah menjadi database yang berguna untuk melakukan pemetaan terhadap karakteristik mahasiswa dan data pendukung dalam menghasilkan informasi tertier. Data tersebut meliputi nama mahasiswa, tanggal lahir, daerah asal, sekolah asal, nilai NEM, tahun lulus SMA, tahun masuk, tahun lulus, tanggal skripsi, tanggal kerja dan jenis pekerjaan. Data dalam desain ini mengambil data IP mahasiswa setiap semester. IP merupakan indikator hasil proses belajar mengajar selama 1 semester. IP menjadi indikator ukur kualitas proses pembelajaran. IP sekaligus menjadi alat ukur untuk mengetahui bagaimana kinerja akademik bagi dosen dalam mengajar dan kinerja ketua program studi tentang efektifitas kebijakan yang telah diambil. Dengan teknik multiple query kedua data tersebut diolah menjadi informasi tambahan (tertiery information). Informasi tambahan bertujuan untuk mengetahui apakah beberapa informasi dari data permanen dan data berjalan mempunyai hubungan secara kualitatif. Informasi tambahan dalam sistem informasi ini meliputi apakah nilai NEM yang tinggi juga menghasilkan IPK lulusan yang tinggi. Informasi tersebut berguna bagi pimpinan program studi apakah nilai NEM SMA harus dipertimbangkan untuk menerima mahasiswa akuntansi dan sejauhmana batasan nilai NEM tersebut.Beberapa informasi yang dihasilkan tersebut baik informasi dasar mahasiswa, informasi utama, dan informasi tambahan berguna untuk:1. Melakukan pemetaan karakteristik mahasiswa setiap program studi berdasarkan angkatan dan bahkan kelas.2. Menilai kualitas proses pembelajaran (kebijakan akademik program studi) yang dilakukan selama 1 periode (semester). IP merupakan indikator untuk menilai kualitas proses pembelajaran dan kualitas mahasiswa.3. Menilai perkembangan (trend) IP mahasiswa selama beberapa semester. Tujuannya adalah menilai apakah kebijakan program studi bidang akademik sudah mampu meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan memberikan informasi bagi pimpinan program studi untuk kebijakan dimasa mendatang.4. Menilai proporsi (prosentase) mahasiswa berdasarkan grade IP dan IPK. Hal ini untuk mendeteksi berapa persen mahasiswa yang IP dan IPK nya berada pada setiap grade. Grade yang digunakan adalah IP dan IPK <> 3,00.5. Menilai hubungan/pengaruh (secara sederhana dan estimasi) antara beberapa variabel. Dalam hal ini adalah data permanen dan data berjalan. Informasi tersebut berguna bagi pimpinan untuk menilai apakah kriteria tertentu dari mahasiswa (NEM misalnya) mempunyai hubungan/pengaruh dengan IPK yang diperoleh. Sehingga dapat dipertimbangkan apakah kriteria NEM bagi mhs akuntansi masih perlu.Berbagai informasi tersebut selain merupakan informasi strategis bagi pimpinan untuk menilai dan mendukung kebijakan akademik, juga informasi bagi dosen tentang efektifitas dan efisiensi metode pembelajaran yang diberikan. Hasilnya informasi tersebut sekaligus menjadi informasi sekunder peneliti-peneliti lain, untuk menilai dampak dan pengaruh suatu variabel mahasiswa terhadap variabel mahasiswa yang lain.
Deskripsi Alternatif :
Institusi pendidikan sebagai bagian dari sebuah organisasi juga tak bisa dilepaskan eksistensinya dengan teknologi informasi. Berbagai informasi strategis, taktis, dan operasional harus didasarkan pada informasi yang relevan dan andal atas sumber-sumber daya yang dimilikinya. Sumber informasi yang andal, kualitas informasi yang baik, dan pengolahan informasi dengan teknologi informasi akan menghasilkan informasi yang andal dan tepat bagi pimpinan dalam pengambilan keputusan. Sumber data yang salah dan proses pengolahan data yang salah akan menghasilkan informasi yang bias, sehingga akan berdampak salah terhadap kebijakan yang diambil pimpinan. Tanpa sistem informasi, sebuah organisasi bagaikan kapal tanpa navigasi. Jurusan akuntansi sejak tahun 1990 mengalami kemajuan yang cukup pesat. Setiap tahun tak kurang dari 400 orang setiap tahun masuk sebagai mahasiswa baru. Dengan waktu kuliah rata-rata 4,5 tahun, berarti 1200 mahasiswa aktif kuliah setiap tahun.. Hal ini merupakan sumber daya potensial yang harus dikelola dan dikembangkan. Pengelolaan ini membutuhkan data yang reliable, terukur, andal, dan relevan. Sistem informasi merupakan teknologi yang sangat diperlukan bagi pembuatan database yang mendukung informasi strategis pimpinan. Sistem informasi ini berbasis pada program microsoft acces dengan teknik query dan macro dengan input data dokumentasi historis (historical dokumenter) baik data dasar maupun data utama. Sistem informasi ini menggunakan Data permanen (permanent data) dan data berjalan (current data). Data permanen diolah menjadi database yang berguna untuk melakukan pemetaan terhadap karakteristik mahasiswa dan data pendukung dalam menghasilkan informasi tertier. Data tersebut meliputi nama mahasiswa, tanggal lahir, daerah asal, sekolah asal, nilai NEM, tahun lulus SMA, tahun masuk, tahun lulus, tanggal skripsi, tanggal kerja dan jenis pekerjaan. Data dalam desain ini mengambil data IP mahasiswa setiap semester. IP merupakan indikator hasil proses belajar mengajar selama 1 semester. IP menjadi indikator ukur kualitas proses pembelajaran. IP sekaligus menjadi alat ukur untuk mengetahui bagaimana kinerja akademik bagi dosen dalam mengajar dan kinerja ketua program studi tentang efektifitas kebijakan yang telah diambil. Dengan teknik multiple query kedua data tersebut diolah menjadi informasi tambahan (tertiery information). Informasi tambahan bertujuan untuk mengetahui apakah beberapa informasi dari data permanen dan data berjalan mempunyai hubungan secara kualitatif. Informasi tambahan dalam sistem informasi ini meliputi apakah nilai NEM yang tinggi juga menghasilkan IPK lulusan yang tinggi. Informasi tersebut berguna bagi pimpinan program studi apakah nilai NEM SMA harus dipertimbangkan untuk menerima mahasiswa akuntansi dan sejauhmana batasan nilai NEM tersebut.Beberapa informasi yang dihasilkan tersebut baik informasi dasar mahasiswa, informasi utama, dan informasi tambahan berguna untuk:1. Melakukan pemetaan karakteristik mahasiswa setiap program studi berdasarkan angkatan dan bahkan kelas.2. Menilai kualitas proses pembelajaran (kebijakan akademik program studi) yang dilakukan selama 1 periode (semester). IP merupakan indikator untuk menilai kualitas proses pembelajaran dan kualitas mahasiswa.3. Menilai perkembangan (trend) IP mahasiswa selama beberapa semester. Tujuannya adalah menilai apakah kebijakan program studi bidang akademik sudah mampu meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan memberikan informasi bagi pimpinan program studi untuk kebijakan dimasa mendatang.4. Menilai proporsi (prosentase) mahasiswa berdasarkan grade IP dan IPK. Hal ini untuk mendeteksi berapa persen mahasiswa yang IP dan IPK nya berada pada setiap grade. Grade yang digunakan adalah IP dan IPK <> 3,00.5. Menilai hubungan/pengaruh (secara sederhana dan estimasi) antara beberapa variabel. Dalam hal ini adalah data permanen dan data berjalan. Informasi tersebut berguna bagi pimpinan untuk menilai apakah kriteria tertentu dari mahasiswa (NEM misalnya) mempunyai hubungan/pengaruh dengan IPK yang diperoleh. Sehingga dapat dipertimbangkan apakah kriteria NEM bagi mhs akuntansi masih perlu.Berbagai informasi tersebut selain merupakan informasi strategis bagi pimpinan untuk menilai dan mendukung kebijakan akademik, juga informasi bagi dosen tentang efektifitas dan efisiensi metode pembelajaran yang diberikan. Hasilnya informasi tersebut sekaligus menjadi informasi sekunder peneliti-peneliti lain, untuk menilai dampak dan pengaruh suatu variabel mahasiswa terhadap variabel mahasiswa yang lain.

4.)
PERANCANGAN SISTEM INFORMASI (GEOGRAFIS) UNTUK MENGEMBANGKAN POTENSI DAERAH JAWA TIMUR : STUDI KASUS TANAMAN PERTANIANITS Digital

Keyword : Computer graphicsSumber pengambilan dokumen : Theses Industrial Engineering RT 006.6 Koe p, 2001Cakupan : ITS Community

Sistem Informasi Geografis adalah suatu sistem yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan, memproses (mengedit/memanipulasi) dan menampilkan data pada database yang berisi data grafis (peta tematik) dan data alfanumerik (tabulasi). Data grafis merupakan data kasar (raw data), yaitu peta garis Propinsi Jawa Timur. Sedangkan data alfanumerik (atribut) merupakan data statistik yaitu berupa luas lahan dan jumlah produksi dari 34 komoditi, ketinggian dataran, curah hujan dan temperatur rata-rata untuk masing-masing Kabupaten/Kotamadya di Jawa Timur. Data tersebut kemudian diubah dalam format digital (soft copy) dan disimpan dalam database pada sistem komputer. Pada database, data grafis dan data alfanumerik dilakukan proses dengan editing atau manipulasi, kemudian dilakukan analisa keruangan secara komprehensif dan terintegrasi artinya dapat dibandingkan secara menyatu dalam satu sistem yang sama sehingga akan memudahkan dalam melakukan analisa. Dari analisa tersebut dapat dihasilkan analisa yang subtansial yang dapat digunakan sebagai sumber informasi atau bank data. Untuk lebih memudahkan dalam analisa kualitatif dibuat 5 (lima) klasifikasi berdasarkan hasil tampilan pada data grafis (peta) yaitu kurang sekali, kurang, sedang, banyak dan banyak sekali. Selain itu juga digunakan grafik yang menunjukkan trend atau kecenderungan pengembangan komoditi dengan didasarkan data temporal (dari tahun ke tahun) sehingga dengan data ini diharapkan dapat dipilih komoditi unggulan atau yang diandalkan dikemudian hari oleh Kabupaten/Kotamadya tersebut.Deskripsi Alternatif :
Sistem Informasi Geografis adalah suatu sistem yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan, memproses (mengedit/memanipulasi) dan menampilkan data pada database yang berisi data grafis (peta tematik) dan data alfanumerik (tabulasi). Data grafis merupakan data kasar (raw data), yaitu peta garis Propinsi Jawa Timur. Sedangkan data alfanumerik (atribut) merupakan data statistik yaitu berupa luas lahan dan jumlah produksi dari 34 komoditi, ketinggian dataran, curah hujan dan temperatur rata-rata untuk masing-masing Kabupaten/Kotamadya di Jawa Timur. Data tersebut kemudian diubah dalam format digital (soft copy) dan disimpan dalam database pada sistem komputer. Pada database, data grafis dan data alfanumerik dilakukan proses dengan editing atau manipulasi, kemudian dilakukan analisa keruangan secara komprehensif dan terintegrasi artinya dapat dibandingkan secara menyatu dalam satu sistem yang sama sehingga akan memudahkan dalam melakukan analisa. Dari analisa tersebut dapat dihasilkan analisa yang subtansial yang dapat digunakan sebagai sumber informasi atau bank data. Untuk lebih memudahkan dalam analisa kualitatif dibuat 5 (lima) klasifikasi berdasarkan hasil tampilan pada data grafis (peta) yaitu kurang sekali, kurang, sedang, banyak dan banyak sekali. Selain itu juga digunakan grafik yang menunjukkan trend atau kecenderungan pengembangan komoditi dengan didasarkan data temporal (dari tahun ke tahun) sehingga dengan data ini diharapkan dapat dipilih komoditi unggulan atau yang diandalkan dikemudian hari oleh Kabupaten/Kotamadya tersebut.

5.)
KEMUNGKINAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN ELEKTRONIK DI BPK PENABUR KPS JAKARTAOleh : Drs. Maman Surahman

Makalah sebagai laporan dari kegiatan Temukarya Pengembangan Disain Perpustakaan Elektronik, yang diselenggarakan oleh PUSTEKKOM Dikbud bekerjasama dengan IDLN (Indonesian Distance Learning Network) di Hotel Griya Astoeti, Cisarua, Bogor, 22- 26 Februari 1999.

Pendahuluan
Perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat telah mempengaruhi segala aspek kehidupan manusia. Kecepatan memperoleh informasi juga menjadi salah satu ciri dari situasi ini. Tidak hanya kemudahan dalam memperoleh informasi, tapi juga harga atau modal yang mahal yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan informasi tersebut.
BPK Penabur KPS Jakarta sebagai suatu institusi yang bergerak dalam bidang pelayanan pendidikan sangat diharuskan untuk membuat dan menyediakan sistem informasi yang baik. Kebutuhan akan informasi sangat dirasakan oleh setiap personalia yang ada di lingkungan BPK Penabur KPS Jakarta, baik pengurus, karyawan dan guru, serta tak terkecuali siswa sebagai peserta didik. Siswa sebagai salah satu aset institusi yang penting haruslah mendapatkan prioritas dalam mendapatkan informasi terutama yang berkaitan dengan kegiatan belajar mereka.
Sekolah-sekolah BPK Penabur KPS Jakarta yang tersebar di berbagai komplek merupakan bagian dari suatu sistem informasi. Kegiatan belajar mengajar sebagai suatu proses komunikasi akan berjalan dengan baik jika ditunjang dengan unsur-unsur komunikasi yang baik pula, seperti sumber informasi, saluran informasi, dan penerima informasi. Perpustakaan sebagai salah satu sumber informasi akan sangat bermanfaat jika ternyata mampu menyediakan berbagai pesan yang dibutuhkan oleh user (pengguna), guru, siswa, karyawan sekolah, dan lain-lain. Penyediaan informasi yang lengkap melalui perpustakaan sekolah akan sangat membantu siswa dalam proses belajarnya. Selain itu gurupun dapat memanfaatkan perpustakaan terutama untuk memperoleh sumber-sumber pengetahuan baru yang sangat berguna bagi peningkatan kemampuannya,
Pepustakaan yang berada di setiap sekolah dan tersebar di berbagai komplek merupakan aset yang sangat penting pula. Hanya kondisi perpustakaan yang ada saat ini masih bersifat konvensional. Tanpa kehadiran (user) pengguna di perpustakaan, informasi dari bahan pustaka tidak dapat diperoleh pengguna. Artinya pengelolaan dan pelayanan perpustakaan masih bersifat manual. Dengan perkembangan teknologi informasi yang terjadi dewasa ini, perpustakaan dapat diubah dalam segi penyediaan informasi, pengelolaan serta pelayanannya melalui perangkat elektronis yaitu komputer. Ini yang biasa disebut dengan elektronic library atau perpustakaan elektronik. Kecepatan dan kemudahan memperoleh informasi akan menjadi ciri sebuah perpustakaan elektronik, sehingga akan menghilangkan hambatan waktu, jarak dan ruang atau tempat. Hal ini merupakan perkembangan yang lebih jauh setelah teknologi informasi terutama internet telah menjadi pilihan di lingkungan institusi BPK Penabur KPS Jakarta. Namun sejauh mana dan persyaratan-persyaratan apa saja yang harus ada untuk sebuah perpustakaan elektronik baru merupakan sebuah pemikiran yang mudah-mudahan suatu saat akan terwujud. Mengenai apa dan bagaimana perpustakaan elektronik serta persyaratan apa yang harus ada, pengelolaan serta pelayanan yang bagaimana dalam sebuah perpustakaan elektronik akan diuraikan pada bahasan berikutnya. Selanjutnya berbagai kemungkinan membuat dan menyelenggarakan perpustakaan elektronik di lingkungan BPK Penabur KPS Jakarta serta upaya-upaya apa saja yang akan dilakukan sehubungan dengan hal ini akan menjadi bahasan serta kajian bersama dengan berbagai pihak yang terlibat dalam penyediaan informasi di lingkungan BPK Penabur KPS Jakarta. Semoga uraian dalam makalah ini akan bermanfaat bagi perkembangan BPK Penabur KPS Jakarta di masa yang akan datang, dan makalah ini juga sebagai laporan dari kegiatan Temukarya Pengembangan Disain Perpustakaan Elektronik yang telah dilaksanakan dan kebetulan penulis adalah salah satu peserta dari kegiatan tersebut.Lebih Jauh Tentang Electronic Library (Perpustakaan Elektronik)
Electronic Library atau perpustakaan elektronik atau juga dikenal dengan perpustakaan maya adalah sebuah sistem informasi yang terdiri dari perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software), pengelolaan, pelayanan serta penyediaan (akses) informasinya dilakukan dengan menggunakan perangkat elektronis yang berupa komputer. Jika dalam perpustakaan konvensional, bahan-bahan pustaka tersimpan dalam rak-rak penyimpanan dengan kodifikasi (DDC = Dewey Decimal Classification), tersedia meja/laci katalog untuk penelusuran bahan pustaka, ada bagian sirkulasi, ada ruang baca, dan lain-lain. Dalam perpustakaan elektronik, komponen-komponen tersebut tetap ada dalam pengertian tersedia tetapi tidak hadir dalam bentuk fisik (disebut maya) yang umumnya ada dalam perpustakaan konvensional. Perpustakaan elektronik merupakan provider atau penyedia informasi, transaksi atau layanan informasinya bersifat elektronik, serta menyediakan bahan-bahan pustaka (item) selain dalam bentuk data elektronik juga dalam bentuk yang lain seperti yang umumnya ada dalam perpustakaan konvensional.
Perpustakaan elektronik merupakan salah satu alternatif dalam menyediakan sumber informasi untuk kegiatan pembelajaran jarak jauh (distance learning), mengingat user atau pengguna perpustakaan berada di tempat yang tidak diketahui keberadaannya. Ini dimungkinkan dengan adanya teknologi internet yang sudah berkembang dengan sangat pesat dewasa ini.
User dalam memperoleh informasi, selain menggunakan saluran elektronis seperti melalui komputer dan telepon juga dapat memperolehnya melalui layanan lain seperti melalui jaringan layanan pos atau user juga bisa datang langsung ke tempat di mana sumber informasi tersebut berada.
Dalam perpustakaan konvensional, organisasi perpustakaan biasanya terdiri dari kepala perpustakaan, bagian/divisi pengadaan, bagian pengolahan, bagian sirkulasi, bagian referensi, dan lain-lain. Pada perpustakaan elektronik bagian atau divisi umumnya masih seperti perpustakaan konvensional. Tetapi untuk sebuah perpustakaan elektronik, divisi atau bagian yang minimal harus ada adalah bagian yang mengurus tentang hardware (perangkat keras) dan software (perangkat lunak), divisi pengadaan, dan divisi/bagian pelayanan. Yang membedakan kedua perpustakaan itu adalah sifat pekerjaan dari masing-masing bagian/divisi yang ditanganinya. Untuk perpustakaan elektronik sesuai dengan ciri dari perpustakaan elektronik itu sendiri yang menyediakan data dan pelayanan elektronik, maka fungsi dari masing-masing bagianpun tidak akan terlepas dari perangkat elektronik.
Untuk lebih memberikan gambaran lebih jelas lagi, perpustakaan elektronik sebagai suatu sistem informasi, bagaimana keterkaitan dan hubungan yang terjadi antar komponen dalam sebuah perpustakaan elektronik dapat digambarkan seperti berikut ini :Identifikasi data dan informasi yang dibutuhkan
Umumnya dalam pengembangan sebuah perpustakaan elektronik selalu bertitik tolak dari kondisi atau keadaan suatu perpustakaan konvensional. Ini disebabkan terutama dalam hal penyediaan data yang dibutuhkan oleh sebuah perpustakaan elektronik. Data yang umumnya tersedia dalam perpustakaan konvensional, mengalami perubahan format yaitu didisain kedalam format elektronik yang harus memiliki standar internasional sehingga dapat diakses oleh semua mesin pengakses (komputer).
Data yang berhubungan dengan item pustaka (bahan pustaka) dapat dibuat identifikasinya seperti berikut ini :BukuMajalah/buletin/jurnalJuklak/juknis/form/SK.ModulKertas kerja/laporan penelitianKlipingBrosurReferensiAudio visual
Sedangkan informasi yang dibutuhkan dari data-data di atas dapat dibuat kodifikasi atau penggolongan sesuai dengan kebutuhan atau yang berlaku di dalam perpustakaan pada umumnya, seperti :Karya umum (bibliografi, ensiklopedi umum, jurnal, penerbitan dan surat kabar, dll.)Filsafat dan psikologiAgamaIlmu-ilmu sosial (pendidikan, statistik, politik, ekonomi & manajemen, dll.)BahasaIlmu-ilmu murni (Pasti/Alam)Ilmu-ilmu terapan (Teknologi)Kesenian, hiburaan, olahragaKesusasteraanSejarah umum dan geografi
Dalam mengembangkan perpustakaan elektronik, selain data item pustaka seperti yang telah diuraikan di atas, masih perlu dibuat informasi data mengenai keanggotan, transaksi, jenis-jenis layanan (public service) yang akan diberikan, juga data mengenai statistik layanan perpustakaan elektronik.Data yang berhubungan dengan keanggotaan, ini meliputi tipe / jenis keanggotaan serta biodata keanggotaannya. Tipe keanggotaan adalah bersifat terdaftar atau tidak terdaftar, individu atau atas nama instansi. Karakteristik dari anggota atau user, misalnya : siswa, mahasiswa, guru/dosen, karyawan departemen, peserta diklat, atau masyarakat umum. Sedangkan biodata yang dibutuhkan adalah seperti; nama, nomor ID, instansi/kantor, alamat rumah/kantor, kota, kode pos, telepon serta fax rumah/kantor, dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan. Data yang berhubungan dengan transaksi perpustakaan dimaksudkan adalah data yang berhubungan dengan sirkulasi misalnya tanggal peminjaman, tanggal pengembalian, denda, dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan.Data yang berhubungan dengan public service, yang dimaksud adalah data mengenai promosi serta pengembangan sumber daya manusia baik bagi user (anggota) maupun bagi pengelola perpustakaan elektronik itu sendiri, konsultasi, seminar, pelatihan, kemudahan memperoleh materi dari item pustaka misalnya bisa dibeli, dicopy, diantar, atau melalui fasilitas download melalui internet, e-mail, dan lain-lain. Sedangkan data yang berhubungan dengan pengembangan sumberdaya manusia untuk kebutuhan seminar/pelatihan seperti : nama kegiatan, waktu dan tempat kegiatan, jadwal acara, sponsor, biaya, dan lain-lain.Data yang berhubungan dengan statistik adalah data yang bersifat output seperti data jumlah pengunjung, jumlah item yang dipinjam, jumlah item yang paling banyak dicari, jumlah item yang dicari tetapi tidak ada, dan lain-lain. Data ini dapat digunakan untuk membuat suatu laporan secara periodik atau berkala, misalnya grafik pengunjung (visitor), grafik peminjaman item pustaka, dan lain-lain.Struktur data dan standar kepustakaan
Dari uraian dan identifikasi data di atas tadi, maka selanjutnya dibuatlah struktur dari masing-masing data ke dalam format pembuat database. Pada bagian ini prosesnya akan memakan waktu yang cukup banyak, karena akan melalui langkah-langkah yang berurutan yang harus dilakukan. Pekerjaan dimulai dengan pembuatan lembar kerja (worksheet), pengisian lembar kerja yaitu pemindahan semua data yang akan dibuat databasenya ke lembar ini, selanjutnya yang terakhir adalah pemasukan (input) ke dalam mesin (komputer) pembuat database. Ini semua bisa dilakukan setelah perangkat lunak (software) dipilih sesuai dengan kebutuhan. Berikut ini disajikan struktur database yang dirancang untuk kebutuhan katalog elektronik untuk item pustaka (klas) untuk jenis buku, maka field-field untuk database yang harus tersedia adalah sebagai berikut :Nomor panggil/ Nomor klasNomor ISBNNama pengarangJudulImpresum (tempat terbit, penerbit, dan tahun terbit)Kolasi (jumlah halaman, ilustrasi, dimensi)Keterangan seriCatatan (umum, biblioggrafi, isi)Tajuk subyekTajuk tambahanSumber/lokasiKeyword (kata kunci)Abstark
Untuk item klas selain bahan cetakan dapat dibuat field-field database sesuai dengan karakteristik masing-masing bahan pustaka, seperti untuk audio visual field database yang dibutuhkan adalah :Nomor panggil/ Nomor klasSutradara/penanggungjawab program Produser JudulDurasi (waktu putar)Copyright/hak ciptaSumber/lokasiDeskripsi fisikSeriCatatanTajuk subyekTajuk tambahanKeyword (kata kunci)AbstrakPelayanan
Dalam perpustakaan konvensional bagian sirkulasi adalah bagian yang paling bertanggung jawab terhadap proses penggunaan bahan pustaka. Pemakai (user) akan selalu melewati bagian ini untuk kebutuhan peminjaman dan permintaan salinan materi pustaka. Di bagian ini akan ditemui data mengenai jumlah pengunjung, jumlah koleksi yang dipinjam, jumlah koleksi yang paling banyak/sering dipinjam, jumlah koleksi yang belum kembali, data mengenai anggota yang mendapat denda, dan sebagainya. Pada perpustakaan elektronik hal-hal seperti ini tetap ada, hanya tidak akan tampak hiruk-pikuk seperti pada perpustakaan konvensional. Fungsi ini akan ditemukan di dalam perpustakaan elektronik pada bagian atau divisi statistik.
Pada proses pelayanan yang digambarkan di atas ada sesuatu yang selalu dilalui oleh pemakai (user) yaitu yang disebut user interface. User interface merupakan jembatan antara user dengan sistem yang dijalankan sebuah perpustakaan elektronik. Proses dimulai dengan pertanyaan user, apa yang akan dilakukan user dan darimana user akan memulainya. Pada tingkat ini pengalaman dan pengetahuan user akan membantu proses interaksi antara user dengan sistem yang dijalankan oleh sebuah perpustakaan elektronik. Kondisi user dapat dibedakan antara yang sudah melek komputer atau mengerti tentang katalog dan user yang buta komputer serta belum memahami katalog.
Dalam proses pencarian dan penelusuran informasi memang ada user yang sungguh-sungguh mencari sesuatu informasi, tetapi terkadang ada user yang hanya sekedar browsing untuk mengetahui berbagai fasilitas layanan yang diberikan. Untuk itu sistem yang dijalankan oleh sebuah perpustakaan elektronik harus dapat memberikan petunjuk dan informasi yang lengkap sebagai alat bantu (help). Berbagai program bantu saat ini banyak ditemui dalam bentuk quick tour. Yang harus disadari adalah bahwa suatu sistem yang dijalankan tidak mungkin akan menjawab semua kebutuhan user, untuk itu sebuah search engine yang baik harus meyediakan berbagai alternatif penelusuran misalnya hanya dengan memasukkan sebuah kata kunci (keyword).
Pada pembahasan data dan informasi yang dibutuhkan di atas telah disinggung mengenai data-data untuk public service, maka pada pembahasan mengenai pelayanan akan dibahas mengenai berbagai fasilitas yang mungkin perlu disediakan seperti terlihat pada bagan di bawah ini :Jaringan dan sistem pengamanan
Sebuah jaringan yang baik akan menentukan sebuah sistem informasi berjalan dengan baik pula. Di sini belum dibicarakan mengenai perangkat keras dan perangkat lunak yang akan mendukung jaringan dalam suatu sistem informasi. Jaringan akan dibentuk sesuai dengan kebutuhan dan tentunya menyangkut anggaran biaya yang tersedia disamping kemauan institusi yang bersangkutan. Pada bagian ini akan diinformasikan sebatas pada hal-hal yang berhubungan dengan aspek pengamanan jika mau mengembangkan sebuah perpustakaan elektronik. Pengamanan mencakup lingkup pengamanan data yang berupa pengamanan data elektronik, fasilitas fisik, dan prosedur kerja.
Pengamanan data elektronik mencakup disemua aspek seperti pada bagan di atas. Pada sistem yang dijalankan oleh sebuah perpustakaan elektronik hanya yang berwenang yang memiliki akses ke dalam data dengan fasilitas fastword yang dimilikinya. Campur tangan bagian lain yang bukan wewenangnya akan menjadikan keamanan data kurang dapat dijamin dengan baik.
Pengamanan yang berhubungan dengan fasilitas fisik akan menjadikan sistem dan jaringan akan terpelihara dengan baik, dimana di dalamnya tersimpan data. Ini merupakan pengamanan terhadap seluruh investasi biaya yang telah dikeluarkan untuk menjalankan sebuah perpustakaan elektronik.
Sedangkan pengamanan yang berhubungan dengan prosedur kerja seperti terlihat pada bagan di atas berlaku untuk pengelola sebuah perpustakaan elektronik. Ini terkait dengan manajemen yang akan dijalankan oleh perpustakaan elektronik tersebut. Dalam menjalankan perpustakaan elektronik akan banyak menemukan permasalahan hukum terutama dengan masalah hak cipta (copyright) yang hingga saat ini menjadi masalah yang terkadang kurang mendapat perhatian yang serius. Untuk ini perlu ditetapkan kode etik dan hukum untuk mengantisipasi langkah ke depan.Pengembangan sumber daya manusia
Pengembangan sebuah perpustakaan elektronik sangan membutuhkan sumber daya manusia yang handal dan teruji. Ini akan mencakup berbagai disiplin ilmu, seperti terlihat pada daftar berikut ini :Analis sistem (tim multidisiplin)Software engineerProgramerDatabase administratorNetwork administratorTeknisiOperator
Seseorang yang mempunyai latar belakang pendidikan perpustakaan belum cukup handal untuk mengembangkan sebuah perpustakaan elektronik. Untuk menjadi seorang analis sistem, seorang pustakawan harus melengkapi dirinya dengan kemampuan di bidang komputer. Inipun harus ditunjang oleh beberapa ahli dari disiplin ilmu yang lain, seperti ahli komunikasi, ahli teknologi pendidikan, dan lain-lain.Kondisi Umum Perpustakaan Sekolah BPK Penabur KPS Jakarta
Sekolah-sekolah BPK Penabur KPS Jakarta yang tersebar di berbagai kompleks memiliki perpustakaan sendiri-sendiri. Dari data yang dikeluarkan bagian pendidikan, mulai jenjang SD hingga SLTA tidak semua sekolah memiliki perpustakaan dengan kategori baik. Masih ada beberapa sekolah yang memiliki perpustakaan dengan kategori kurang. Ini sesuai dengan perkembangan tiap-tiap sekolah yang ditinjau dari segi sarana dan perkembangan sumber daya manusianya. Untuk sekolah yang memiliki perpustakaan yang baik terutama jenjang SLTP dan SLTA, perlu ditinjau kembali sarana dan fasilitas yang tersedia di masing-masing perpustakaannya. Ini diperlukan terutama untuk mengetahui mengenai jumlah koleksi, sistem penyimpanan data, statistik, dan lain-lain.
Berangkat dari kondisi umum perpustakaan sekolah-sekolah BPK Penabur KPS Jakarta yang masih bersifat konvensional, dipilih beberapa sekolah unggulan yang memiliki kemungkinan untuk pengembangan perpustakaannya. Yang cukup menggembirakan adalah bahwa hingga saat ini perpustakaan untuk jenjang SLTP dan SLTA sudah dilakukan komputerisasi administrasi perpustakaan. Setiap perpustakaan sudah memiliki database yang tersimpan di komputer masing-masing perpustakaan, seperti data koleksi, data anggota, dan data sirkulasi. Sekolah-sekolah yang sudah memiliki akses ke internet SLTPK 2, SMUK 1, dan SMUK 3. Kompleks sekolah yang sudah ada jaringan lokal (LAN) seperti kompleks Tanjung Duren, kompleks Kelapa Gading, dan Sunrise Garden. Ini sudah merupakan modal awal untuk tahap pengembangan sebuah perpustakaan elektronik. Upaya-upaya Kearah Pengembangan Perpustakaan Elektronik
Mendisain data elektronik :Langkah yang pertama adalah menata kembali disain Home Page BPK Penabur yang sudah online, kemungkinan dimasukkannya komponen perpustakaan yang bisa diakses melalui internet.Pengembangan majalah elekronik yang saat ini sudah berada di Home Page BPK Penabur dan sudah dapat diakses melalui internet seperti Berita Penabur, Karya Wiyata, Widya Warta, dan Jelajah.Pengembangan program CAI untuk jenjang SMU yang saat ini sudah ada seperti CAI Fisika dan Matematika untuk dilanjutkan dengan bidang studi yang lain. Ini cukup memungkinkan karena di semua sekolah jenjang SMU sudah memiliki fasilitas untuk presentasi multimedia.Pembuatan database katalog dari koleksi (item pustaka) sebagai katalog elektronik di seluruh perpustakaan sekolah BPK Penabur KPS Jakarta sebagai upaya pengembangan koleksi perpustakaan. Pembuatan resensi bahan pustaka (item pustaka) menjadi data elektronik sebagai informasi awal untuk penelusuran bagi pengguna perpustakaan sebelum memperoleh sumber yang asli di tempat penyimpanan perpustakaan.Pembuatan jaringan perpustakaan di tingkat kompleks sekolah (intranet):Untuk kompleks sekolah yang sudah memiliki jaringan (LAN) seperti kompleks Tanjung Duren, kompleks Sunrise Garden, dan kompleks Kelapa Gading fasilitas jaringan ditambah hingga ke ruang-ruang perpustakaan sekolah yang berada di areal komplek tersebut. Seperti untuk kompleks Tanjung Duren dapat dibuatkan koneksi jaringan dari perpustakaan SMUK 1, perpustakaan SMK 1 dan SMK 2, dan pepustakaan SMFK.Untuk sekolah-sekolah yang berada dalam satu kompleks dapat dibuat kumpulan database dari setiap perpustakaan dan ditempatkan pada sebuah server sehinga dapat diakses oleh pemakai di kompleks tersebut.

6.)
HUBUNGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DENGAN EFEKTIFITAS STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PENGGAJIAN PADA PT. KERETA API (Persero) DAERAH OPERASIONAL 2 BANDUNG

Keyword : penggajian,sistem informasi akuntansi.

Masalah penggajian merupakan bagian yang harus mendapat perhatian besar, karena selain biaya terbesar dalam biaya operasi perusahaan, juga karena karyawan sangat sensitif terhadap kesalahan yang terjadi dalam penggajian atau hal-hal yang tidak wajar yang berkaitan dengan penggajian. Melihat hal tersebut, maka diperlukan suatu sistem informasi akuntansi penggajian yang disertai dengan pengendalian intern atas penggajian yang diharapkan dengan adanya sistem informasi akuntansi dan struktur pengendalian intern penggajian yang baik akan menghasilkan informasi penggajian yang akurat, cepat, dan dapat dipercaya. Begitupun dengan PT. Kereta Api (Persero) yang sudah menerapkan struktur pengendalian intern dan sistem informasi akuntansi penggajian yang sudah terkomputerisasi. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “HUBUNGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DENGAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PENGGAJIAAN PADA PT.KERETA API (Persero) Daerah Operasional 2 Bandung.” Sehubungan dengan hal tersebut penulis mengidentifikasikan beberapa masalah yang timbul dalam pengelolaan penggajian, yaitu bagaimana pelaksanaan sistem informasi akuntansi penggajian, bagaimana pelaksanaan struktur pengendalian intern penggajian, dan bagaimana hubungan sistem informasi akuntansi dengan efektifitas struktur pengendalian intern penggajian. Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : untuk memperoleh data informasi yan memberikan petunjuk ttentang pelaksanaan sistem informasi akuntansi penggjian, untuk mengetahui pelaksanaan struktur pengendalian intern penggajian, dan untuk mengetahui hubungan sistem informasi akuntansi dengan efektifitas pengendalian intern penggajian di PT. Kereta Api (Persero) Daerah Operasional 2 Bandung. Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis kuantitatif. Adapun teknik pengumpulan data melalui penelitian lapangan dan penelitiian kepustakaan, dimana dalam penelitian lapangan dilakukan dengan wawancara, observasi dan kuesioner, dan untuk penelitian kepustakaan dilakukan dengan literatur buku dan data lainnya yang berhubungan dengan objek penelitian.Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diketahui bahwa pelaksanaan sistem informasi akuntansi pnggajian di PT. Kereta Api (Persero) Daerah Operasional 2 Bandung sudah sangat memadai, hal tersebut didukung selain dari jawaban responden sebesar 85,6% juga karena PT. Kereta Api (Persero)sudah menerapkan elemen-elemen sistem informasi akuntansi penggajian dan tercapainya tujuan sistem informasi akuntansi. Sedangkan pelaksanaan struktur pengendalian intern pengajian di PT. Kereta Api (Persero) sudah dilaksanakan dengan sangat efektif, hal tersebut didukung karena selain dari tujuan struktur pengendalian intern penggajian sudah tercapai juga karena sudah menerapkan unsur-unsur struktur pengendalian intern, selain itu juga berdasarkan jawaban responden sebesar 85%. Berdasarkan metode Rank Sspearmen, PT. Kereta Api (Persero) memiliki tingkat hubungan yang kuat antara sistem informasi akuntansi dengan struktur pengendalian intern sebesar 0,779.
Deskripsi Alternatif :
Masalah penggajian merupakan bagian yang harus mendapat perhatian besar, karena selain biaya terbesar dalam biaya operasi perusahaan, juga karena karyawan sangat sensitif terhadap kesalahan yang terjadi dalam penggajian atau hal-hal yang tidak wajar yang berkaitan dengan penggajian. Melihat hal tersebut, maka diperlukan suatu sistem informasi akuntansi penggajian yang disertai dengan pengendalian intern atas penggajian yang diharapkan dengan adanya sistem informasi akuntansi dan struktur pengendalian intern penggajian yang baik akan menghasilkan informasi penggajian yang akurat, cepat, dan dapat dipercaya. Begitupun dengan PT. Kereta Api (Persero) yang sudah menerapkan struktur pengendalian intern dan sistem informasi akuntansi penggajian yang sudah terkomputerisasi. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “HUBUNGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DENGAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PENGGAJIAAN PADA PT.KERETA API (Persero) Daerah Operasional 2 Bandung.” Sehubungan dengan hal tersebut penulis mengidentifikasikan beberapa masalah yang timbul dalam pengelolaan penggajian, yaitu bagaimana pelaksanaan sistem informasi akuntansi penggajian, bagaimana pelaksanaan struktur pengendalian intern penggajian, dan bagaimana hubungan sistem informasi akuntansi dengan efektifitas struktur pengendalian intern penggajian. Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : untuk memperoleh data informasi yan memberikan petunjuk ttentang pelaksanaan sistem informasi akuntansi penggjian, untuk mengetahui pelaksanaan struktur pengendalian intern penggajian, dan untuk mengetahui hubungan sistem informasi akuntansi dengan efektifitas pengendalian intern penggajian di PT. Kereta Api (Persero) Daerah Operasional 2 Bandung. Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis kuantitatif. Adapun teknik pengumpulan data melalui penelitian lapangan dan penelitiian kepustakaan, dimana dalam penelitian lapangan dilakukan dengan wawancara, observasi dan kuesioner, dan untuk penelitian kepustakaan dilakukan dengan literatur buku dan data lainnya yang berhubungan dengan objek penelitian.Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diketahui bahwa pelaksanaan sistem informasi akuntansi pnggajian di PT. Kereta Api (Persero) Daerah Operasional 2 Bandung sudah sangat memadai, hal tersebut didukung selain dari jawaban responden sebesar 85,6% juga karena PT. Kereta Api (Persero)sudah menerapkan elemen-elemen sistem informasi akuntansi penggajian dan tercapainya tujuan sistem informasi akuntansi. Sedangkan pelaksanaan struktur pengendalian intern pengajian di PT. Kereta Api (Persero) sudah dilaksanakan dengan sangat efektif, hal tersebut didukung karena selain dari tujuan struktur pengendalian intern penggajian sudah tercapai juga karena sudah menerapkan unsur-unsur struktur pengendalian intern, selain itu juga berdasarkan jawaban responden sebesar 85%. Berdasarkan metode Rank Sspearmen, PT. Kereta Api (Persero) memiliki tingkat hubungan yang kuat antara sistem informasi akuntansi dengan struktur pengendalian intern sebesar 0,779.

7.)
Teknologi Informasi

Opini: Lendy Widayana

Menerapkan Teknologi Informasi Komunikasi Secara Efektif (2)
suarasurabaya.net Aplikasi Sistem Informasi. Dari efisiensi sampai bikin pelanggan happy.
Di bagian lain seri artikel ini sebelumnya telah diuraikan bahwa, jika diterapkan secara maksimal komputerisasi dapat menghemat banyak biaya dan waktu. Efisiensi melalui komputerisasi pada semua lini perusahaan memang harus menjadi sasaran pertama komputerisasi.
Jika perusahaan telah melakukan komputerisasi pada satu atau berbagai proses, evaluasi secara periodik tetap diperlukan. Evaluasi kualitatif dan kuantitatif dilakukan dengan terus meng-update informasi tentang berbagai teknologi dan metode baru dalam sistem informasi. Contoh, jika dengan teknologi saat ini sebuah proses perlu waktu tiga jam, dengan teknologi prosesor yang lebih baru hanya perlu satu jam.
Dengan adanya business benefit seperti itulah, ada alasan ekonomis yang kuat untuk meng-upgrade sistem yang ada. Jadi belanja teknologi tidak hanya karena alasan mengikuti tren. Perhatikan pula, bahwa penjaja teknologi informasi komunikasi yang profesional selalu mengedepankan business benefit bukan sekadar fitur atau tampilan baru yang dibawa oleh produk barunya.
Meningkatkan nilai manfaat bagi pelanggan
Setelah otomatisasi berhasil meningkatkan efisiensi, organisasi dapat beranjak ke "kelas" berikutnya yaitu, komputerisasi untuk menghapus/mengganti fungsi pekerjaan yang tidak memberi manfaat bagi pelanggan. Contoh nyata yang kita jumpai sehari-hari adalah mesin ATM yang digunakan oleh bank. ATM mengurangi jumlah teller, menghemat space kantor bank, sekaligus memberi kenyamanan dan kemudahan bagi pelanggan.
Penerapan e-ticket (tiket elektronik) oleh banyak maskapai penerbangan didasari bahwa faktor utama yang dicari pelanggan adalah bukan mewah atau cantiknya tiket pesawat, melainkan kepraktisan sejak booking hingga mendapatkan boarding pass. Oleh sebab itu tiket cukup dicetak di kertas continous form yang berarti efisiensi luar biasa bagi perusahaan. Pelanggan dimudahkan dengan langsung memesan melalui Internet dan mencetak tiketnya sendiri.
Kemajuan teknologi data base, data warehouse, storage area network, OLAP (online analytical processing), saat ini mampu mengintegrasikan berbagai data dalam jumlah sangat besar untuk skala perusahaan UKM hingga enterprise. Esensinya adalah dengan satu data yang sama, dapat dimanfaatkan untuk kepentingan internal hingga memberi kenyamanan bagi pelanggan. Contohnya, perusahaan taksi yang menyimpan data nama-nomor telepon-alamat pelanggan. Hanya dengan menanyakan kata kunci nomor telepon pemesan, maka semua data pemesan langsung dapat diketahui dan otomatis berhubungan dengan sistem daftar lelang pesanan yang di broadcast ke sistem mobile data terminal (MDT) . Secara real time tentunya perusahaan dapat memantau berapa pelanggan saat itu, unit yang beroperasi dan kecepatan layanan dapat dirasakan oleh pelanggan.
Walaupun sederhana, komputerisasi data pelanggan secara terstruktur dengan basis memberi nomor ID (identitas pelanggan) juga masih belum banyak dilakukan perusahaan yang berhubungan langsung dengan pelanggan. Di era ekonomi serba ketat ini, mempelajari dan mencari manfaat sistem informasi untuk efisiensi dapat menjadi salah satu cara agar perusahaan dapat survive. Bersamaan dengan itu, manfaat bagi pelanggan yang juga dapat menghemat banyak bagi si pelanggan, akan menjadikan satu daya saing tersendiri.

8.)
TATA KELOLA SISTEM INFORMASI04 April 2006 JAKARTA,
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi semakin pesat pertumbuhannya. Jika tidak dikelola dengan cara yang baik dan benar justru akan menyebabkan pemborosan dan pengulangan kesalahan berganda bila dibandingkan dengan cara tradisional sekalipun.Untuk itulah peran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) harus didefinisikan dengan fokus pada pemberian nilai tambah kepada organisasi. (1) Menciptakan “value” melalui peningkatan unjuk kerja dan inovasi dan (2) Menjaga “value” melalui pengelolaan secara operasional dan menangani resiko yang mungkin terjadi berkaitan dengan investasi TIK.
Sistem informasi didefinisikan sebagai kegiatan mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisa dan menyampaikan informasi untuk sebuah tujuan khusus “aplikasi”. Lingkungan yang melingkupi sistem informasi berupa ketersediaan hardware, software, data, network, procedure dan people.
Tujuan utama sistem informasi adalah mengumpulkan data, memprosesnya menjadi informasi kemudian mengubah informasi menjadi pengetahuan untuk sebuah tujuan khusus.Data didefinisikan sebagai deskripsi pokok suatu hal, kejadian, aktivitas dan transaksi yang direkam, diklasifikasikan dan disimpan tetapi belum diorganisir menjadi sesuatu yang spesifik. Informasi didefinisikan sebagai data yang telah diorganisir sehingga memiliki arti dan nilai tambah bagi penerimanya. Pengetahuan (knowledge) diartikan sebagai informasi yang telah diorganisir dan diproses sehingga menjadi pemahaman, pengalaman dan keahlian ketika diterapkan pada situasi aktifitas yang berbeda.
Sistem Informasi – Klasifikasi Fungsi DukungannyaSistem informasi, tinjauan klasifikasi fungsi dukunganya dapat digambarkan sebagai piramida yang tersusun dari empat lapis. Berturut-turut dari bagian paling bawah keatas adalah : Operasional Managers, Data Workers, Middle Managers dan Top Manager.Operasional managers akan menangani transaction processing system mis. order precessing, fulfillment, material movement, A/R, A/P, GL, payroll dan POS. Data workers menangani knowledge management system dan office automation system berupa simulation, pgm coding, system support, word processing, desktop publishing. Middle managers menangani management information system, decision support system dan intelligent support system berupa sales management, inventory control, annual budget, production schedulling, cost analysis dan pricing analysis. Top Manager menangani executive support system berupa 5-year sales trend, profit planning, 5-year budget forecasting dan product development.
Strategi Organisasi dan TIKKeselarasan strategi organisasi dan TIK akan menentukan keberhasilan pengelolaan TIK. Pertama, menyelaraskan strategi TIK dengan trategi bisnis dan misi organisasi/lembaga. Kedua, mengelola kemampuan TIK dengan membuat keputusan, strukturisasi dan mengelola organisasi dan memberikan layanan TIK ke organisasi dan ketiga, mengintegrasikan teknologi baru, penggerak dan peluang dengan strategi bisnis. Tiga hal yang mempengaruhi adalah: IT alignment, IT management & delivery dan IT enablement.
Area Fokus IT GovernanceIT Governance fokus pada penyampaian “value” dan mengurangi resiko akan investasi TIK, “value” di-drive oleh strategi yang selaras degan bisnis, resiko dikelola melalui akuntabilitas sistem yang dibangun.Penggerak TIK dikelompokkan dalam tiga penggerak utama yaitu: technology drivers (kebutuhan akan teknologi terbaru), organizational drivers (pergerakan organisasi menjadi tujuan dibandingkan dengan bisnis itu sendiri) dan business specific drivers.
IT Organization dipengaruhi oleh faktor-faktor: (1) internal business drivers (degree of business unit diversity) (2) external drivers (environment, business process linkages, information flows/linkages) dan (3) history and culture (local culture, corporate culture, IT culture) serta (4) technology drivers (rate of technology change, embedded core systems predominance.IT Management and Delivery dibagi menjadi service areas untuk mengidentifikasi pengaruh faktor-faktor dan mempertemukan IT Service Requirements dengan berdasar kepada business strategy objectives. Tiga hal yang mempengaruhi IT Management and Delivery adalah infrastruktur, pemberian solusi dan faktor kepemimpinan. Service areas dikelompokkan dalam capabilities, sourcing, structure & governance dan processes.Gambaran strategi TIK mendukung strategi bisnis dapat dilihat pada keterkaitan yang saling mempengaruhi antara: strategi organisasi, fungsi organisasi, arsitektur aplikasi, infrastruktur teknis, sumber daya/pegawai dan pendanaan.
Tata Kelola TIKLangkah-langkah pengelolaan yang baik TIK adalah (1) membangun kerangka kerja organisasi pemerintahan (2) menyelaraskan strategi TIK dengan strategi organisasi (3) memahami/mendefinisikan resiko berkaitan dengan pengembangan TIK (4) mendefinisikan target atau sasaran (5) menganalisa kemampuan yang ada dan identifikasi “gap” (6) membuat strategi pengembangan (7) mengukur hasilnya dengan alat ukur yang ada dan (8) melakukan evaluasi dan perbaikan.

9.)
Jaringan Komputer Murah untuk Sekolah Ine
Jakarta, Kompas - Penerapan teknologi informasi dalam dunia pendidikan masih terkendala antara lain oleh tingginya biaya. Padahal, peran teknologi informasi semakin penting dalam pendidikan, baik dalam pengayaan sistem pembelajaran maupun pendataan. Kendala tersebut dapat diminimalisasi dengan penggunaan sistem jaringan komputer murah yang diciptakan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Demikian terungkap dalam dialog interaktif "Peranan Teknologi Informasi dalam Pendidikan" yang diselenggarakan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Kamis (14/10). Dalam kesempatan itu diserahkan pula bantuan berupa tiga server dan 23 unit komputer. Juga diserahkan bantuan operating system komputer murah dan sistem informasi data sekolah.
Direktur Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Informasi Elektronika BPPT Sulistyo Suhrowardi mengungkapkan, secara umum masyarakat masih gamang penggunaan kemajuan teknologi informasi, termasuk di dunia pendidikan, yang sebenarnya berpeluang memetik manfaat besar dari teknologi informasi. Apalagi dengan adanya tren global, seperti e-education, e-learning, digital library, yang membuat peranan teknologi informasi semakin penting dalam pendidikan.
Ketua Majelis Pendidikan Dasar PP Muhammadiyah Yunan Yusuf mengatakan, setidaknya ada dua manfaat besar teknologi informasi bagi dunia pendidikan, yakni membangun sistem jaringan informasi dan pengembangan sistem pembelajaran.
Untuk mengatasi hambatan mengakses teknologi informasi, terutama di sekolah, BPPT memberikan alternatif sistem jaringan komputer murah sebagai bagian dari upaya computer literacy atau meningkatkan kemampuan masyarakat menggunakan komputer.
Staf BPPT, Purwoadi-yang mengembangkan produk itu-mengatakan, sistem jaringan dari BPPT itu dapat ditekan biayanya karena menggunakan open source, yakni linux. Selain itu, sistem jaringan itu dapat digunakan dengan spesifikasi sederhana, misalnya prosesor minimal 486, sehingga komputer tua dan bekas masih dapat dipakai. Hanya perlu satu server. (ine)

10.)
Tren Selular, Mengirim Informasi Supercepat
JAKARTA – Dibandingkan jasa lain, teknologi telekomunikasi selular termasuk salah satu yang mengalami kemajuan paling pesat. Bahkan, teknologi General Pocket Radio System (GPRS) yang berbasis teknologi GSM 900 dan 1800, segera ditinggalkan dan berganti dengan teknologi lebih canggih, yakni berbasis teknologi Enhanced Data for the GSM Evolution (EDGE). Dalam transfer data, misalnya, teknologi EDGE bisa tiga kali lebih cepat dari teknologi GPRS. Artinya, bila pelanggan selular ingin mendownload pesan MMS dengan teknologi GPRS memerlukan waktu puluhan detik, tapi dengan teknologi EDGE, hanya perlu waktu beberapa detik saja.Kelebihan lain, bila teknologi GPRS memiliki kemampuan transfer data hingga 114 Kbps, teknologi EDGE mampu mensupport data, layanan multimedia hingga 384 Kbps. EDGE merupakan sebutan baru buat GSM 384. Teknologi ini disebut GSM 384, karena memiliki kemampuan transmisi data hingga 384 Kbps. Pertanyaannya, operator-operator selular mana saja yang kini telah memakai teknologi EDGE?Salah satunya, PT Indosat Multimedia Mobile (IM3). Anak perusahaan Indosat Group ini, sejak beberapa waktu lalu telah bertekad meninggalkan teknologi GSM tradisional dan segera beralih ke teknologi Enhanced Data for the GSM Evolution (EDGE). Diharapkan, up grade ke teknologi itu bisa diselesaikan akhir tahun ini. Lewat pemanfatan teknologi EDGE, kami selangkah lebih unggul di depan operator yang masih mengembangkan teknologi GPRS,’’ ungkap Sumedi Kirono, Direktur Operasi Teknik dan Pengembangan IM3, belum lama ini.Menurut Sumedi, saat ini teknologi selular dunia mulai beralih ke EDGE dan IM3 yang dikenal sebagai pelopor seluler multimedia tidak ingin ketinggalan, walaupun perangkat pendukung, misalnya ponsel, belum siap. Diperkirakan, baru pada triwulan IV nanti perangkat ponselnya dipasarkan. Dijelaskan, banyak kelebihan dari teknologi generasi EDGE tersebut, terutama dari sisi kecepatan penyampaian data. Apabila GPRS, secara teoritis dapat menyampaikan data dengan kecepatan maksimal 114 kbps, maka EDGE bisa 384 kbps atau tiga kali lebih cepat. ‘’Dengan kecepatan tersebut, jelas sangat menguntungkan IM3 yang memang mengutamakan pasar yang membutuhkan kecepatan dalam penyampaian data. Kondisi itu, tidak mungkin bisa dihindari, karena makin banyak pengguna selular yang memanfaatkan jasa komunikasi data dan multimedia,’’ paparnya.Ditambahkan, dalam memasyarakatkan jasa layanan video stream, pihaknya mencoba demo memanfaatkan sarana televisi pemantau Polri. Dari demo tersebut, pelanggan IM3 dapat memantau kondisi jalan raya cukup dari layar ponselnya. Video stream merupakan salah satu layanan yang sebenarnya sudah sejak lama dikembangkan oleh IM3, tetapi belum sepopuler layanan multimedia services (MMS).
Prestasi GemilangIM3 telah mencatat prestasi gemilang, menyusul keberhasilan mendemokan kecanggihan fitur terbaru IM3-Video Streaming di hadapan Presiden Megawati pada HUT Bhayangkara ke-57 di Pondok Cabe, Jakarta, belum lama ini. Keberhasilan IM3 tersebut atas dukungan teknologi EDGE dari Ericsson. EDGE (Enhanced Data rate for Global Evolution), suatu teknologi nirkabel generasi ketiga (3G).Di Indonesia, boleh dibilang jaringan infrastruktur IM3 telah berteknologi EDGE milik Ericsson dan masih terbaik dari pesaingnya Siemens maupun Motorola, Alcatel dan NEC sebagai pilar dari teknologi telekomunikasi. Ericsson segera akan mewujudkan teknologi telepon seluler generasi ketiga (3G) di Indonesia.Operator selular anak perusahaan Indosat Group ini juga memamerkan kecanggihan teknologi Ericsson saat IM3 mendemokan video streaming pada pameran HUT Bhayangkara di Jakarta dengan topik Live Traffic Surabaya via handphone. Peristiwa ini diawali dengan permintaan Kepolisian Negara. Tapi IM3 juga akan memberi layanan bagi masyarakat umum melalui video streaming, yang dapat mengontrol kegiatan maupun sistem keamanan di kantor atau rumahnya melalui telepon seluler.Menurut Direktur Operasi Jaringan IM3-Satelindo, Sumedi Kirono, pihaknya merasa bangga karena keberhasilan memamerkan kecanggihan teknologi IM3 di hadapan Presiden dan Wakil Presiden RI, serta pejabat tinggi Negara lain. Itu hasil kerja keras tim teknis IM3, diperkuat oleh IM3 Jawa Timur, yang pertama kali mengaplikasikan layanan video streaming.Pengembangan video streaming ini merupakan hasil kerja sama IM3 dengan Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) Surabaya. IM3 didemokan kesibukan traffic lalu lintas di Bundaran Waru salah satu lokasi paling srategis di Surabaya- melalui layar ponsel. Presiden dan Wakil Presiden didampingi Kapolri ikut mencoba video streaming melalui ponsel Nokia 3650.Tim kecil di IM3 Surabaya berhasil meng-online-kan kondisi Control Room IM3 Surabaya di handphone Nokia 7650, hingga sampai saat ini sudah banyak prototype content Mobile Audio/Video Streaming yang bisa di akses pelanggan IM3 melalui WAP site : wap.im3sby.com. Pelanggan IM3 dapat menggunakan handphone Nokia 7650/3650 maupun PDA PocketPC dan Palm yang sudah di-install fitur RealOne Player.Melalui kecanggihan teknologi seluler yang dimiliki, IM3 turut membantu Kepolisian Negara, antara lain dengan membuat aplikasi khusus untuk Kepolisian.
Jasa Nilai Tambah Bukan hanya itu, IM3 juga menyediakan layanan jasa nilai tambah ini kepada masyarakat luas dengan syarat harus mendaftar dulu. “Kita punya target akhir tahun 2003 menjadi operator selular terbaik di negeri ini. Semua jaringan dan BTS sudah bermuatan teknologi EDGE sehingga kita saat ini sudah memiliki teknologi generasi ke 2,88 ke 2,99 sebelum menjadi operator ponsel dengan teknologi generasi ketiga,” katanya.Bagaimana dengan persiapan Telkomsel? Dijawab sendiri, meski persaingan dalam bisnis telekomunikasi, termasuk jasa selular kini makin ketat, kami optimis, tetap mampu menjadi market leader pasar selular di Indo-nesia. Pertumbuhan Telkomsel hingga kini masih tertinggi, yakni customer base 56 persen, EBIDA 46 persen dan net income sekitar 36 persen.Menyadari persaingan makin ketat dan perusahaan yang dipimpinnya tergolong sebagai operator selular terbesar saat ini, maka mantan Kadivre II Jakarta ini, telah membuat berbagai strategi, terutama berkaitan dengan mempertahankan pertumbuhan untuk jangka panjang. Menurut perhitungan, memberikan pelayanan sampai ke seluruh pelosok, maka Telkomsel tetap harus menyediakan fasilitas tersebut. Satu contoh, meski secara bisnis saat ini belum menguntungkan, tapi Telkomsel mau membangun base transceiver station (BTS) di Pulau Sangir, Sulawesi Utara, suatu pulau yang berbatasan langsung dengan Filipina. “Jujur aja, saat ini secara komersial pendirian BTS di Pulau Sangir tersebut akan menjadi beban operasional kami. Namun dalam jangka panjang, BTS di Pulau Sangir pasti akan memberikan keuntungan,” tandasnya. Pertama, jangkauan terluas, baik di Indonesia maupun luar negeri. Pada saat ini, jaringan GSM Telkomsel tercatat paling luas, yakni mampu menjangkau 80 persen populasi Indonesia di lebih dari 5000 kota besar di ribuan kecamatan.Kedua, tarif paling wajar, karena sudah termasuk PPn 10 persen. SimPATI memberikan tarif yang kompetitif ekonomis (off peak), ditambah zona lokal yang luas sesuai mobilitas keseharian pengguna simPATI. Telkomsel menggunakan tarif yang fair sesuai dengan tipe komunikasinya.Manajemen Telkomsel, menurut GM Marketing Telkomsel, Erik Meijer, janji akan berupaya terus menerus meningkatkan pelayanan, karena telah dipercaya lebih dari separuh pengguna jasa selular di Indonesia dengan jumlah pelanggan lebih dari 7,5 juta yang dilayani dengan teknologi modern 2,5G.Untuk memuaskan pelanggan, kami saat ini sedang mengembangkan layanan berbasis teknologi 2 ¾G Enhanced Data rate for GSM Evolution-EDGE dan wireless fidelity (WIFI). ”Meski pelanggannya masih sedikit, kami tetap menyiapkan jaringan teknologi canggih ini untuk mengantisipasi kebutuhan jasa telepon selular ke depan yang makin memerlukan keragaman, ungkap GM Markerting PT Telkomsel, Erik Meijer.Dijelaskan Erik, penghargaan yang diterimanya bukan diperoleh begitu saja, melainkan dari hasil survei selama bulan April – Mei 2003 oleh lembaga penelitian MARS bekerja sama dengan majalah SWA, melalui 2.921 responden yang mewakili berbagai lokasi kota besar. Rinciannya, Jakarta (626 responden), Bandung (566 responden), Semarang (612 responden), Surabaya (540 responden), dan Medan (577 responden).”Penghargaan yang kami terima ini, selain memberikan kebanggaan juga memberikan manfaat ,baik bagi Telkomsel maupun pelanggan. Bagi pelanggan, penghargaan tentu akan memberikan kebanggaan tersendiri bagi pelanggan kartuHALO dan simPATI. Sedangkan bagi Telkomsel jelas bermanfaat, karena dengan penghargaan tersebut merupakan salah satu bentuk pengakuann pihak lain atas hasil dari berbagai upaya kami dalam memberikan yang terbaik bagi pelanggan,” ujar Erik.
KartuHALO dan SimPATITentang kiat manajemen Telkomsel dalam memasarkan produknya, menurut Erik Meijer, harus dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya, kartuHALO, kartu jenis pascabayar Telkomsel ini menerobos pasar melalui pendekatan kultur dan ke-Indonesiaan, baik dari sisi nama ”kartuHALO” sebagai pengganti sebuah simcard GSM maupun desain pada kartunya, yang mengangkat berbagai macam nilai kebudayaan di Indonesia yang identik dengan luasnya jangkauan layanan GSM Telkomsel dari Sabang sampai Merauke.Dijelaskan, pelanggan kartuHALO juga diberikan kenyamanan bila melakukan komunikasi di berbagai belahan dunia, karena Telkomsel telah menggandeng kerja sama dengan 180 operator di 75 negara untuk internasional roaming. Selain itu, pelanggan kartuHALO juga diberikan berbagai layanan nilai tambah. Misalnya, untuk saat ini, pelanggan kartuHALO juga juga dapat menikmati VAS berupa layanan multibank mobil banking dan aplikasi teknologi generasi 2,5G yang diimplementasikan dalam layanan Telkomsel Mobile Data Services, GPRS dan MMS. Khususnya untuk kartu prabayar simPATI, tambahnya, Telkomsel termasuk pelopor dan kini fasilitas yang diberikan nyaris sama dengan pelanggan kartuHALO. Selain memberi kenyamanan berkomunikasi saat menjelajah di seluruh pelosok Indonesia, simPATI juga nyaman digunakan di mancanegara, karena simPATI merupakan pelopor kartu prabayar di Indonesia yang bisa digunakan untuk menjelajah di berbagai belahan dunia, dengan diluncurkannya fasilitas simPATI internasional roaming, bulan Februari 2003 lalu. ”Kini pelanggan simPATI juga sudah bisa menikmati layanan teknologi GSM 2,5G yakni GPRS (General Packet Radio Switching) dan MMS (Multimedia Messaging Services) serta memiliki keunggulan komparatif dibandingkan produk prabayar lain sejenis, karena tarifnya sudah termasuk PPN 10 persen,” paparnya.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

tugas sudah saya terima...

blog-nya sudah sangat bagus....good job....
mungkin untuk kedepannya bisa ditambahkan gambar agar lebih menarik....
keep working ya...

regards,
rengga asmara
blog : http://supergareng.wordpress.com
FS : super_rengga@yahoo.com